Jika kita ingat
perpustakaan pasti yang ada dalam pikiran kita adalah sebuah gedung yang
dipenuhi dengan rak-rak yang berisi buku. Sekilas memang benar, karena
kebanyakan perpustakaan memang seperti itu. Namun akhir-akhir ini banyak
perpustakaan tradisional atau manual yang sudah berkembang menjadi perpustakaan
digital atau perpustakaan yang sudah terautomasi. Perpustakaan digital inilah
yang dapat menjawab bahwa, perpustakaan tidak hanya berkaitan dengan gedung dan
buku saja, tetapi juga dengan system penyimpanan, pemeliharaan, dan pengguna
(F. Rahayuningsih, 2007).
Perkembangan
perpustakaan yang dari tradisional sampai digital tersebut tidak dapat
dipisahkan dari sejarah manusia. Sebelumnya manusia tidak hidup menetap
melainkan berpindah-pindah atau yang biasa disebut dengan kehidupan nomaden.
Manusia bertahan hidup dengan cara bergantung dengan alam. Setelah kehidupan
nomaden manusia menetap dengan cara bercocok tanam atau bertani. Saat itu manusia
bekomunikasi melalui tanda yg dipahatkan pada batu, pohon, papan, lempengan
serta benda lainnya. Selama itu manusia berkomunikasi dengan bahasa isyarat,
selanjutnya komunikasi tersebut berkembang dengan bahasa tulisan. Sampai
sekarang belum diketahui secara pasti tentang kapan perpustakaan pertama kali
berdiri. Hanya dapat diketahui berdasarkan bukti arkeolog bahwa perpustakaan
itu berawal dari kumpulan catatan transaksi niaga. Sehingga dari hasil tersebut
dimungkinkan bahwa pada awalnya perpustakaan dan arsip itu bersumber pada
kegiatan yang sama, yang selanjutnya terpisah.
Tak ada perpustakaan
tanpa ada masyarakat, begitulah filosofi tentang perkembangan perpustakaan.
Pada masa itu manusia senantiasa berusaha untuk menemukan alat tulis yang lebih
baik dari sebelumnya. Dimana sebelumnya menggunakan pahatan pada batu, pohon,
lempengan, dan benda lainnya. Pada tahun 2500 SM, orang mesir berhasil
menemukan bahan tulis berupa papyrus. Papyrus
merupakan tanaman sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang sungai Nil.
Papyrus tersebut dipukul-pukul sampai rata kemudian dikeringkan, setelah itu
baru ditulisi dengan menggunakan pahatan atau tinta. Dari kata papyrus ini maka
berkembanglah berbagai istilah seperti paper, papier, papiere, dan papiros yang
berarti kertas. Penemuan kertas dari bahan papyrus ini dianggap penting, karena
serat selulosanya merupakan landasan kimiawi untuk pembuatan kertas pada zaman
modern. Papyrus ini digunakan hingga sekitar 700-an Masehi.
Sekitar abad pertama
masehi, di cina telah ditemukan bahan mirip dengan kertas yang kita gunakan
saat in. namun karena penguasa cina ketat terhadap barang atau benda yang
keluar masuk cina maka penemuan kertas tersebut tidak dikenal di eropa sampai thun
1150-an. Sebelumnya eropa telah menggunakan bahan tulis yang dikenal dengan
sebutan parchmen, bahan ini berasal dari kulit kambing, domba, biri-biri, sapi,
dan binatang lain. Kata parchmen ini berasal dari pergamun yaitu sebuah nama
kota kecil di asia, disinilah parchmen digunakan pertama kali. Selain parchmen
juga terdapat bahan tulis yang disebut vellum, bahan tersebut terbuat dari
kulit kambing atau sapi. Biasanya bahan ini digunakan untuk menulis dan
menjilid buku.
Perkembangan
perpustakaan berjalan lambat karena Pada abad ke-12 eropa barat baru mengenal
kertas dan mesin cetak baru dikenal pada abad ke-15. Ketika kertas sudah
dikenal, sedangkan teknik percetakan primitif, di eropa barat dikenal sejenis
terbitan bernama incunabula yang berarti buku yang dicetak dengan menggunakan
teknik bergerak (movable type). Kesemuanya itu merupakan bahan tulis yang
bagus, kuat, tahan lama, namun untuk membuatnya memerlukan waktu yang lama,
sedangkan produknya terbatas. Pengaruhnya bagi perpustakaan adalah perpustakaan
terutama di eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan yang lazim disebut
dengan manuskrip. Manuskrip ini biasanya berbentuk gulungan atau scroll.
Sebelumnya sekitar abad pertama, orang eropa telah berhasil membuat buku dalam
bentuk lembaran yang dijilid dan diletakkan antara dua papan kayu yang dilapisi
dengan kulit binatang. Buku ini disebut codex atau codice yang berarti blog
kayu dalam bahasa yunani.
Peradaban cina lebih
maju dibandingkan dengan peradaban eropa. Dalam hal cetak mencetak cina telah
menemukan sejenis bentuk cetakan berupa cetakan blok dan berkembang menjadi
tipe cetakan gerak. Proses tersebut baru
dikenal di eropa barat sekitar tahun 1440 pada saat johann Gutenberg dari kota
mainz, jerman mencetak buku dengan tipe cetak gerak. Dengan penemuan Gutenberg
ini yang awalnya manuskrip ditulis tangan menjadi dapat digandakan dengan mesin
cetak.
Penemuan alat cetak
oleh Gutenberg ini terus dikembangkan sehingga mulai abad ke-16 percetakan buku
mampu menghasilkan ratusan cetakan dalam waktu singkat. Sehingga terjadi
revolusi perpustakaan, dimana dalam waktu singkat perpustakaan telah terisi
dengan buku cetak. Kemudian pada 400 tahun kemudian buku digantikan dalam
bentuk elektronik.
Mesin cetak yang
diasosiasikan dengan bku menimbulkan dampak social yang besar. Banyak buku yang
diterbitkan dengan alas an pribadi serta pertimbangan lain. Selain itu juga
terdapat tujuan lain seperti dengan tujuan untuk menentang tirani dan untuk
mata pencaharian. Banyak orang yang menggantungkan hidup dari hasil menulis
karya seperti para sastrawan dan penulis novel. alasan lain menulis buku adalah
sebagai sarana komunikasi antara pembaca dan penulis buku. Perkembangan
perpustakaan ini dapat kita lihat pada masa lampau yaitu masa sumeria dan
babylonia, mesir, yunani, roma, Byzantium, arab, dan renaissance.
a. Sumeria
dan babylonia
Sesuai
data yang diperoleh dari hasil penggalian kerajaan sumeria menunjukkan bahwa
bangsa sumeria sekitar 3000 tahun sebelum masehi telah menyalin rekening,
jadwal kegiatan, serta pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng
tanah liat yaitu clay tablets. Tulisan yang digunakan masih berupa gambar,
kemudian ke aksara sumeria. Tulisan sumeria selanjutnya diganti dengan tulisan
paku atau cuneiform, disebut tulisan paku karena mirip dengan paku. Pada masa
pemerintahan raja Ashurbanipal dari Assyria didirikanlah perpustakaan kerajaan
di ibukota Nineveh yaitu sekitar tahun 668-626 SM. Perpustakaan berisi puluhan
ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan. Dalam
proses mencatat koleksi digunakan system subyek dan pada tempt penyimpanannya
diberi tanda pengenal.
b. Mesir
Perkembangan
peradaban mesir kuno hampir bersamaan dengan sumeria. Namun Teks tertulis yang
paling awal yang ada diperpustakaan tersebut berbeda dengan tulisan sumeria.
Orang mesir menggunakan tulisan yang biasa disebut dengan hieroglyph. Tujuan
dari hieroglyph adalah memahatkan pesan terakhir di monument karena tulisan
dimaksudkan untuk mengagngkan raja, sedangkan tulisan yang ada di tembok dan
monument dimaksudkan untuk member kesan kepada dunia. Perpustakaan mesir
semakin berkembang berkat ditemukannya rumput papyrus sebagai bahan tulis. Cara
membuat bahan tulis dari rumput papyrus ini pertama-tama batang papyrus
dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu persatu dan tumpuk
demi tumpuk. Kedua lapisan kemudian direkatkan dengan lem, selanjutnya ditekan,
diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata. Setelah itu bahan papyrus
dapat digunakan sebagai media tulis dan biasanya menggunakan pena sapu dan
tinta sebagai alat tulisnya. Pengembangan perpustakaan dimesir terjadi pada
masa raja khufu, khafre, dan rameses II.
c. Yunani
Sebelumnya
orang yunani menggunakan tulisan Mycena, namun tulisan ini lenyap. Sehingga
sebagai gantinya orang yunani menggunakan 22 aksara temuan orang Phoenicia.
Kemudian dikembangkan lagi menjadi 26 aksara. 26 aksara inilah yang kita
gunakan sampai saat ini. Sekitar abad ke-6 dan ke-7 SM Yunani mulai mengenal
perpustakaan milik peisstratus dari Athena dan polyerratus dari samos. Selain
itu perpustakaan juga berkembang pada abad ke-5 yaitu masa kejayaan yunani
dibawah pimpinan pericles.
Semasa
abad hellenisme merupakan masa perkembangan perpustakaan padasaat zaman yunani
kuno, hal ini ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan yunani.
Perpustakaan utama terletak di kota Alexandria, mesir, dan kota pergamun, di
asia kecil. Dikota Alexandria berdirilah sebuah museum, salah satu bagiannya
yaitu perpustakaan dengan tujuan mengumpulkan teks yunani dan manuskrip segala
bahasa dari seluruh penjuru. Di kota pergamun seperti halnya Alexandria berkembang
menjadi pusat belajar serta kegiatan sastra, perpustakaan Alexandria merupakan
perpustakaan terbesar pada zamannya. Pada abad ke-2 SM, eumenes II mendirikan
sebuah perpustakaan serta mengumpulkan semua manuskrip, bahkan jika perlu
membuat salinannya. Untuk menyalin manuskrip tersebut diperlukan banyak papyrus
yang diimpor dari mesir. Namun karena khawatir persediaan papyrus di mesir
habis serta rasa iri, akhirnya raja mesir menghentikan ekspor papyrus ke
pergamun. Sehingga perpustakaan pergamun berusaha untuk mencari bahan pengganti
papyrus, perpustakaan pergamun menggantikan papyrus dengan parchmen atau kulit
binatang, yaitu kulit biri-biri atau anak lembu. Parchmen ini masih digunakan
sampai mesin cetak ditemukan.
d. Roma
Banyak
orang roma mempelajari sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan yunani, bahkan
bahasa yunani. Hal tersebut dimungkinkan bahwa yunani telah mempengaruhi
kehidupan budaya dan intelektual roma.
Perpustakaan
tersebar ke seluruh bagian kerajaan roma. Pada masa ini muncul buku baru, yang
awalnya buku hanya berupa gulungan diganti dengan codex. Codex merupakan
kumpulan parchmen yang diikat dan dijilid, sehingga kumpulan parchmen tersebut
berbentuk menjadi buku yang dewasa ini kita kenal. Codex digunakan secara
besar-besaran sekitar abad ke-4. Perpustakaan mulai mundur pada saat kerajaan
roma mengalami kemunduran. Secara umum perpustakaan lenyap karena serangan dari
orang barbar, dan yang tersisa hanyalah perpustakaan biara.
e. Byzantium
Pada
tahun 324 kaisar Konstantin agung menjadi raja kerajaan roma barat dan timur.
Ia memilih Byzantium sebagai ibukota, yang kemudian diubah menjadi
konstantinopel. Ia mendirikan perpustakaan, dimana peprustakaan ini lebih
menekankan karya latin serta ditambah karya Kristen dan non-kristen. Pada waktu
itu gereja merupakan pranata kerajaan yang paling penting. Karena terdapat
ketentuan bahwa seorang uskup harus memiliki sebuah perpustakaan sehingga
perpustakaan berkembang. Kerajaan Byzantium bertahan hingga abad ke-15. Antara
pertengahan abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-9 terjadi kontroversi mengenai
ikonoklasme yaitu penggambaran yesus dan orang kudus lainnya pada benda.
Akibatnya banyak biara ditutup dan hartanya disita. Sampai biarawan mengungsi
ke italia. Setelah kontroversi berakhir, minat terhadap karya yunani kuno
berkembang lagi. Selama 300 tahun karya yunani di salin, ditulis kembali, di
beri komentar, dan dibuatkan ringkasan sastra yunani, selain itu juga
dikembangkan ensiklopedia dan leksikon mengenai yunani.
f. Arab
Pada
abad ke-7 agama islam muncul, kemudian agama islam mulai menyebar ke daerah
sekitar arab. Dengan cepat pasukan islam menguasai syiria, babylonia,
Mesopotamia, Persia, mesir, seluruh bagian utara afrika, serta menyeberang ke
spanyol. Orang arab juga berhasil dalam bidang prpustakaan dan berjasa dalam
penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika ke eropa. Pada saat konstantinopel
mengalami kemandegan maka Baghdad berkembang sebagai pusat kajian karya yunani.
Lmuan muslim mengkaji dan menterjemahkan karya filsafat, pengetahuan, dan
kedokteran yunani ke dalam bahasa arab.
Puncak
kejayaan terjemahan ini terjadi semasa pemerintahan abbasid Al-mamum yang
mendirikan rumah kebijakan pada tahun 810. Rumah kebijakan ini merupakan sebuah
lembaga studi yang menggabungkan unsure perpustakaan, akademi, dan biro
terjemahan.
Dalam
penaklukan ke timur, orang arab berhasil mengetahui cara pembuatan kertas yaitu
dari bangsa cina. Pada abad ke-8 di Baghdad telah terdiri pabrik kertas. Selama
hampir lima abad orang arab menguasai teknik pembuatan kertas. Karena harganya
murah, banyak, serta mudah ditulis maka produksi buku melonjak dan
perpustakaanpun semakin berkembang.
g. Renaissance
Renaissance
mulai pada abad ke-14 di eropa barat. secara tidak langsung renaissance tumbuh
akibat pengungsian ilmuan byzantinedari konstantinopel. Mereka lari karena
ancamanpasukan ottoman dari turki. Sambil mengungsi, ilmuan ini membawa juga
manuskrip oenulis kuno. Ilmuan italia menyambut kedatangan ilmuan byzantine ini
serta mendorong pengembangan kajian yunani dan latin. Karya ini tersebar ke
eropa utara dan barat, sebagian diantaranya disimpan diperpustakaan biara
maupun universitas yang mulai tumbuh.
Selanjutnya, produksi
buku tersebar ke daerah lain. Hal ini tidak akan dibicarakan lebih lanjut
karena penulis berpendapat hal tersebut sebaiknya dibahas dalam buku
tersendiri. (Sulityo Basuki:1991).
BIBLIOGRAFI
Rahayuningsih,
F.2007.Pengelolaan Perpustakaan.yogyakarta:Graha Ilmu
Sulistyo-Basuki.1991.Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
semoga bermanfaat, aaamin.... :)