A. Pengertian
Sebelum membahas teori penemuan
informasi alangkah baiknya jika kita mengetahui apa yang disebut dengan
informasi. Beberapa ahli merumuskan definisi informasi, salah satunya yaitu
Krikelas. Menurut Krikelas informasi adalah suatu rangsangan yang menciptakan
ketidakpastian, membuat seseorang sadar akan kebutuhan dan menciptakan suatu
perubahan dalam tingat derajat tertentu.
Penemuan informasi sangat penting
karena informasi telah menjadi kebutuhan bagi setiap diri manusia. Seseorang
akan melakukan penemuan informasi karena adanya sebuah kebutuhan, kebutuhan
informasi ini didorong oleh keadaan diri seseorang dan
peran dalam lingkungannya. Hal ini muncul jika seseorang
merasa bahwa pengetahuan yang dimiliki kurang dan ada hasrat untuk memenuhi
pengetahuannya tersebut dengan cara menemukan informasi yang diinginkan.
Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menambah pengetahuan dalam hal
pekerjaan, lingkungan (seseorang tersebut berada), untuk mengambil keputusan,
dan lain sebagainya.
Menurut Wilson, Perilaku Penemuan
Informasi (Information Seeking
Behaviour) merupakan upaya
menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya kebutuhan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang dapat saja
berinteraksi dengan sistem
informasi hastawi (misalnya,
surat kabar, majalah, perpustakaan), atau yang berbasis
komputer (misalnya, World Wide Web atau
internet).
Teori perilaku penemuan informasi
tergolong dalam teori modern yang kemudian berkembang menjadi teori model perilaku informasi manusia dan
kebutuhan informasi. Model perilaku tersebut antara lain model perilaku
informasi Davit Ellis, model perilaku informasi Krikelas, model perilaku
penemuan informasi Kulthau model penemuan informasi Marchioni dan teori
kebutuhan informasi Taylor.
B. Proses
Penemuan Informasi
Menurut Wilson penemuan informasi
diawali dengan kebutuhan informasi oleh pengguna, dari kebutuhan tersebut maka
pengguna akan mencari kebutuhan informasinya. Dalam hal ini Ellis membedakan
pencarian informasi, seeking behaviour
dengan searching behaviour.
1.
Seeking behaviour adalah aktivitas
pencarian informasi dimana
pencari informasi (information
seeker) belum mengetahui
proses dalam pencarian, contohnya pencari informasi hanya
mencoba-coba atau mebuka situs-situs tertentu untuk menemukan informasi sesuai
kebutuhannya.
2.
Searching behaviour
adalah proses pencarian informasi dimana
pencari informasi (information seeker) mengetahui
proses, tahap, atau cara dalam menemukan informasi sehingga informasi
yang dibutuhkan relevan.
Model Penemuan Informasi (Information Seeking Model) menurut Wilson
(1981) dan Krikelas (1983):
1.
Wilson (1981)
Menurut Wilson proses penemuan informasi berawal
dari seorang pengguna membutuhkan informasi, dari kebutuhan ini maka timbul
Perilaku Penemuan Informasi (Information Seeking Behaviour). Untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan maka pengguna akan mencari melalui sistem informasi
atau melalui sumber-sumber informasi lainnya. Dari perilaku penemuan informasi
ini akan ada dua kemungkinan, yaitu sukses atau gagal. Dapat dikatakan sukses
apabila pengguna menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan, dan
dikatakan gagal apabila pengguna tidak menemukan informasi yang sesuai
kebutuhan atau bahkan tidak mendapatkan informasi sama sekali. Selanjutnya
pengguna akan memanfaatkan informasi yang diperoleh tersebut. Dari sinilah akan
diketahui, apakah pengguna puas atas informasi yang didapatkan atau sebaliknya.
Dibawah ini adalah Model Penemuan Informasi menurut Wilson (1981).
2.
Krikelas (1983)
Menurut Krikelas (1983) Model Penemuan Informasi
(Information Seeking Model) yaitu diawali dengan adanya sebuah kebutuhan yang
didasari atas kegiatan atau kebutuhan di lingkungan sekitar. Dimana Krikelas
membedakan dua kebutuhan, yaitu kebutuhan yang bersifat dapat ditunda dan
kebutuhan yang bersifat segera. Untuk kebutuhan yang bersifat segera, pengguna
akan langsung mencari melalui sumber-sumber referensi, baik yang bersifat
intern maupun ekstern. Intern misalnya melalui memory dari file-file pribadi
dan melaui observasi langsung yang sifatnya terstruktur. Sedangkan yang ekstern
melalui kontak langsung antarpribadi dan dari literatur-literatur yang telah
ada. Informasi yang telah diperoleh selanjutnya akan disimpan baik dalam bentuk
memory (ingatan) atau dalam file-file pribadi. Dibawah ini adalah Model
Penemuan Informasi menurut Krikelas (1983).
C. Hambatan
dalam Penemuan Informasi
Menurut Wilson hambatan-hambatan
dalam penemuan informasi adalah:
1. Hambatan
Internal
a. Hambatan
kognitif dan psikologis
1. Disonansi
kognitif
Disonansi
kognitif adalah gangguan yang terkait
motivasi individu dalam berperilaku. Konsep ini mengemukakan bahwa adanya
kognisi yang sedang berkonflik
membuat individu merasa
tidak nyaman, akibatnya mereka
akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan
penyelesaian.
2. Tekanan
selektif
Individu cenderung
terbuka dengan gagasan
yang sejalan dengan minat,
kebutuhan, dan sikap mereka. Secara
sadar atau tidak
sadar manusia sering menghindari
pesan yang berlawanan
dengan pandangan dan prinsip mereka.
3. Karakteristik
emosional
Hambatan ini
berkaitan dengan kondisi
emosional dan mental seseorang ketika menemukan informasi.
b. Hambatan
demografis
1. Tingkat
pendidikan dan basis pengetahuan
Hambatan dalam
hal bahasa ditemui
dalam beberapa penelitian perilaku penemuan
informasi. Semakin rendahnya
pendidikan maka semakin rendah
juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka.
2. Variable
demografi
Perilaku penemuan
informasi dipengaruhi oleh
atribut social kelompok (karakteristik dan
status social ekonominya).
Atribut ini berpengaruh pada
metode-metode yang diunakan
dalam menemukan informasi.
3. Jenis
kelamin
Jenis kelamin
biasanya mempengaruhi hambatan
dalam perilaku pencarian informasi.
Antara lelaki dan
perempuan memiliki cara pencarian yang berbeda.
c. Hambatan
interpersonal
Penelitian yang
menyebutkan bahwa mahasiswa beralasan bahwa pustakawan tidak
mampu memuaskan kebutuhan
mereka, karena mereka kurang
memahami keinginan pengguna.
Adanya kesenjangan
pengetahuan antara komunikan
dan komunikator dapat
menjadi salah satu alasan
terjadinya gangguan dalam komunikasi interpersonal.
d. Hambatan
fisiologis
Hambatan ini
dapat berupa cacat
fisik dan mental,
baik karena bawaan lahir atau
karena faktor lain.
2. Hambatan
Eksternal
a. Keterbatasan
waktu
Terbatasnya waktu
dapat menjadi hambatan
dalam penemuan informasi, aktivitas
yang padat memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi
yang dibutuhkan.
b. Hambatan
geografis
Jauhnya sumber
informasi dari lokasi
juga menjadi penghambat dalam kegiatan pencarian informasi
seseorang.
c. Hambatan
yang berkaitan dengan karakteristik sumber informasi
Teknologi
baru, seperti internet, bagi sebagian orang juga dianggap masih menyimpan kekurangan,
antara lain: menyajikan
informasi yang terlalu banyak, namun dinilai kurang relevan. Tidak
menutup kemungkinan mereka yang
sering menggunakan internet
pun mengalami kendala serupa.
Bibliografi