Sebuah
perpustakaan perlu mengidentifikasi, menilai dan mengembangkan kualitas untuk
memastikan kepemimpinan dan kontinuitas manajemen di seluruh bagian atau bidang
di sebuah perpustakaan. Dengan begitu pustakawan maupun pegawai tersebut merupakan
orang yang tepat di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat pula, sehingga mereka
dapat melakukan pekerjaan atau tugas yang diembannya secara lebih baik karena sesuai
dengan kemampuan masing-masing pustakawan maupun pegawai yang ada di
perpustakaan tersebut. Disebutkan bahwa pengalaman kerja dapat membangun
kompetensi seseorang. Perpustakaan dengan serangkaian proses perencanaannya,
memahami bahwa hal ini dapat membangun kekuatan bangku dengan mengembangkan
staf di semua tingkatan.
Perencanaan
suksesi dalam buku ini didefinisikan sebagai upaya sistematis oleh perpustakaan
untuk menjamin kelangsungan di posisi kunci/penting, mempertahankan dan
mengembangkan modal intelektual dan pengetahuan di masa depan, dan mendorong
kemajuan individu. Hal ini mendorong untuk menyelaraskan staf dan kepemimpinan sesuai
dengan visi dan tujuan strategis perpustakaan.
William
J. Rothwell menyebutkan bahwa perencanaan suksesi secara komprehensif, mengantisipasi perubahan manajemen dan membuat
rencana strategis dengan menempatkan "orang yang tepat. . . di tempat yang
tepat. . . pada saat yang tepat untuk melakukan hal yang benar. " Artinya Perpustakaan
telah mempersiapkan apa pun yang mungkin terjadi di masa mendatang.
Perencanaan
suksesi lebih dari perencanaan kontingensi. Artinya menilai posisi kunci (bukan
hanya posisi manajemen puncak, tapi semua spesialisasi dan bidang keahlian)
yang bisa menjadi kosong dalam waktu dekat serta memberikan pelatihan,
mentoring, penugasan khusus, dan peluang-peluang pengembangan lainnya sehingga
anggota staf siap untuk bergerak ketika tiba saatnya. Hal ini sama-sama penting
untuk di kembangkan baik perpustakaan kecil maupun besar.
Berbeda
dengan perusahaan atau industri swasta yang merekrut manajernya dari lulusan
manajemen, yang menjadi manajer di perpustakaan adalah dari kepustakawanan itu
sendiri. Meskipun dalam hal ini pustakawan jarang mendapat instruksi secara
formal untuk melakukan serangkaian proses manajemen secara keseluruhan. Pustakawan
di Amerika Serikat pensiun pada umur 65 tahun. Berdasarkan penelitian, banyak
pustakawan di sana yang pensiun antara tahun 2015-2020, yaitu ketika lebih dari
45% pustakawan akan mencapai usia pensiun. Untuk sekarang, gelombang pensiun
terbesar diperkirakan akan terjadi antara tahun 2010-2020, alhasil terjadi
defisit potensi lulusan ilmu perpustakaan dan informasi antara tahun 2015-2019.
Selain itu, di luar sana individu dipaksa untuk bersaing dalam peluang tenaga
kerja dengan meninggalkan perpustakaan untuk padang rumput hijau di tempat
lain. Jika hal ini terjadi secara berkelanjutan maka akan terjadi krisis
kepemimpinan dan kurangnya tenaga profesional dalam bidang kepustakawanan.
"The
Future of Librarians of the Workforce" Study (www.libraryworkforce.org),
oleh Dr José-Marie Griffiths yang didanai oleh Institut Museum and Library Services.
Salah satu tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi kekurangan tenaga
kerja diantisipasi di bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang mungkin
timbul dari pensiun kerja selama dekade berikutnya. Menyatakan bahwa
perpustakaan mengalami kekurangan tenaga kerja. Sehingga, perpustakaan harus
mempercepat melakukan perencanaan dan pertimbangan tentang bagaimana mereka
akan menghadapi kenyataan tersebut. Walaupun dampaknya perpustakaan akan
memaksa beberapa pekerja yang lebih tua untuk menunda pensiun dalam jangka
pendek atau bahkan jangka panjang.
Perencanaan
secara suksesi adalah hal yang tepat, memastikan kontinuitas untuk semua
bagian, termasuk anggota masyarakat yang mengandalkan program dan jasa layanan
perpustakaan. Dengan perencanaan suksesi perpustakaan akan menyediakan staf
yang berkualitas yang mampu bersaing secara efektif untuk segala posisi yang
tersedia dan menyediakan karyawan yang berpotensi tinggi. selain itu
mempersiapkan mereka untuk melangkah ke tantangan baru dan posisi kepemimpinan
di masa mendatang. Perencanaan suksesi juga menyediakan untuk transfer
pengetahuan dari para ahli, karyawan yang berpengalaman untuk generasi baru
dari sebuah kepemimpinan dan lain-lain. Sehingga tidak akan kehilangan
informasi penting dari para staf yang sudah berpengalaman.
Perencanaan
suksesi merupakan nilai tambah bagi setiap organisasi, karena dapat
meminimalkan kehilangan produktivitas dan keahlian. Pengeluaran dapat
dikendalikan karena kemampuan pihak internal memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang lembaga yang dapat dikembangkan sendiri bukan direkrut dari luar. Hal
ini juga dapat berguna dalam perekrutan. Sebuah perpustakaan dengan program
perencanaan dan pengembangan suksesi akan terlihat lebih menarik bagi calon
eksternal. Perencanaan suksesi adalah alat penting untuk melaksanakan rencana
strategis perpustakaan.
Dibawah
ini adalah ide-ide tambahan berdasarkan pendapat beberapa orang:
1.
Perencanaan suksesi bukanlah tujuan
utama. Ini adalah alat untuk mencapai tujuan. Perencanaan suksesi merupakan
langkah penting untuk mencapai tujuan perpustakaan dan rencana strategis. Hal
ini merupakan cara untuk memastikan bahwa pihak perpustakaan memiliki orang
yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, serta melakukan
pekerjaan yang tepat.
2.
Perencanaan dan pengembangan suksesi
membantu secara sistematis mengidentifikasi dan mengembangkan staf yang berpotensi
tinggi untuk posisi penting.
3.
Baby boomer yang pergi merupakan sumber
penyimpan banyak pengetahuan dan sejarah organisasi. Hal ini penting untuk
mentransfer sebagai modal intelektual, karena setelah menghilang tidak dapat
dipulihkan.
4.
Rekrutmen tidak akan semudah dulu.
Pustakawan memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan untuk mengambil posisi yang
jauh lebih menguntungkan.
5.
Penting untuk mengembangkan staf dalam
memenuhi kesulitan mengganti karyawan di posisi penting. Sebagai pelayan yang
baik dari dana publik, kita juga harus mempertimbangkan biaya pergantian, yang
merupakan biaya yang harus dihindari dalam banyak kasus. Biaya pergantian dapat
hingga sebanyak dua kali gaji dan tunjangan dari orang yang meninggalkan posisi
tersebut.
6.
Terlepas perencanaan suksesi di tingkat
kepemimpinan, seseorang akan terhalang tanpa program perencanaan suksesi yang
menggabungkan pengembangan bakat di semua tingkatan, termasuk penciptaan budaya
yang menumbuh kembangkan dan retensi karyawan.
Bibliografi:
Singer, Paula M. &
Griffith, Gail. 2010. Succession Planning in the Library: Developing Leaders,
Managing Change. Chicago: American Library Assosiation, (Chapter 1: p. 1-14)
nice info makasih yah
BalasHapusturki