Kamis, 31 Januari 2013

Sejarah Perpustakaan




Jika kita ingat perpustakaan pasti yang ada dalam pikiran kita adalah sebuah gedung yang dipenuhi dengan rak-rak yang berisi buku. Sekilas memang benar, karena kebanyakan perpustakaan memang seperti itu. Namun akhir-akhir ini banyak perpustakaan tradisional atau manual yang sudah berkembang menjadi perpustakaan digital atau perpustakaan yang sudah terautomasi. Perpustakaan digital inilah yang dapat menjawab bahwa, perpustakaan tidak hanya berkaitan dengan gedung dan buku saja, tetapi juga dengan system penyimpanan, pemeliharaan, dan pengguna (F. Rahayuningsih, 2007).
Perkembangan perpustakaan yang dari tradisional sampai digital tersebut tidak dapat dipisahkan dari sejarah manusia. Sebelumnya manusia tidak hidup menetap melainkan berpindah-pindah atau yang biasa disebut dengan kehidupan nomaden. Manusia bertahan hidup dengan cara bergantung dengan alam. Setelah kehidupan nomaden manusia menetap dengan cara bercocok tanam atau bertani. Saat itu manusia bekomunikasi melalui tanda yg dipahatkan pada batu, pohon, papan, lempengan serta benda lainnya. Selama itu manusia berkomunikasi dengan bahasa isyarat, selanjutnya komunikasi tersebut berkembang dengan bahasa tulisan. Sampai sekarang belum diketahui secara pasti tentang kapan perpustakaan pertama kali berdiri. Hanya dapat diketahui berdasarkan bukti arkeolog bahwa perpustakaan itu berawal dari kumpulan catatan transaksi niaga. Sehingga dari hasil tersebut dimungkinkan bahwa pada awalnya perpustakaan dan arsip itu bersumber pada kegiatan yang sama, yang selanjutnya terpisah.
Tak ada perpustakaan tanpa ada masyarakat, begitulah filosofi tentang perkembangan perpustakaan. Pada masa itu manusia senantiasa berusaha untuk menemukan alat tulis yang lebih baik dari sebelumnya. Dimana sebelumnya menggunakan pahatan pada batu, pohon, lempengan, dan benda lainnya. Pada tahun 2500 SM, orang mesir berhasil menemukan bahan tulis berupa papyrus. Papyrus  merupakan tanaman sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang sungai Nil. Papyrus tersebut dipukul-pukul sampai rata kemudian dikeringkan, setelah itu baru ditulisi dengan menggunakan pahatan atau tinta. Dari kata papyrus ini maka berkembanglah berbagai istilah seperti paper, papier, papiere, dan papiros yang berarti kertas. Penemuan kertas dari bahan papyrus ini dianggap penting, karena serat selulosanya merupakan landasan kimiawi untuk pembuatan kertas pada zaman modern. Papyrus ini digunakan hingga sekitar 700-an Masehi.
Sekitar abad pertama masehi, di cina telah ditemukan bahan mirip dengan kertas yang kita gunakan saat in. namun karena penguasa cina ketat terhadap barang atau benda yang keluar masuk cina maka penemuan kertas tersebut tidak dikenal di eropa sampai thun 1150-an. Sebelumnya eropa telah menggunakan bahan tulis yang dikenal dengan sebutan parchmen, bahan ini berasal dari kulit kambing, domba, biri-biri, sapi, dan binatang lain. Kata parchmen ini berasal dari pergamun yaitu sebuah nama kota kecil di asia, disinilah parchmen digunakan pertama kali. Selain parchmen juga terdapat bahan tulis yang disebut vellum, bahan tersebut terbuat dari kulit kambing atau sapi. Biasanya bahan ini digunakan untuk menulis dan menjilid buku.
Perkembangan perpustakaan berjalan lambat karena Pada abad ke-12 eropa barat baru mengenal kertas dan mesin cetak baru dikenal pada abad ke-15. Ketika kertas sudah dikenal, sedangkan teknik percetakan primitif, di eropa barat dikenal sejenis terbitan bernama incunabula yang berarti buku yang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak (movable type). Kesemuanya itu merupakan bahan tulis yang bagus, kuat, tahan lama, namun untuk membuatnya memerlukan waktu yang lama, sedangkan produknya terbatas. Pengaruhnya bagi perpustakaan adalah perpustakaan terutama di eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan yang lazim disebut dengan manuskrip. Manuskrip ini biasanya berbentuk gulungan atau scroll. Sebelumnya sekitar abad pertama, orang eropa telah berhasil membuat buku dalam bentuk lembaran yang dijilid dan diletakkan antara dua papan kayu yang dilapisi dengan kulit binatang. Buku ini disebut codex atau codice yang berarti blog kayu dalam bahasa yunani.
Peradaban cina lebih maju dibandingkan dengan peradaban eropa. Dalam hal cetak mencetak cina telah menemukan sejenis bentuk cetakan berupa cetakan blok dan berkembang menjadi tipe cetakan gerak.  Proses tersebut baru dikenal di eropa barat sekitar tahun 1440 pada saat johann Gutenberg dari kota mainz, jerman mencetak buku dengan tipe cetak gerak. Dengan penemuan Gutenberg ini yang awalnya manuskrip ditulis tangan menjadi dapat digandakan dengan mesin cetak.
Penemuan alat cetak oleh Gutenberg ini terus dikembangkan sehingga mulai abad ke-16 percetakan buku mampu menghasilkan ratusan cetakan dalam waktu singkat. Sehingga terjadi revolusi perpustakaan, dimana dalam waktu singkat perpustakaan telah terisi dengan buku cetak. Kemudian pada 400 tahun kemudian buku digantikan dalam bentuk elektronik.
Mesin cetak yang diasosiasikan dengan bku menimbulkan dampak social yang besar. Banyak buku yang diterbitkan dengan alas an pribadi serta pertimbangan lain. Selain itu juga terdapat tujuan lain seperti dengan tujuan untuk menentang tirani dan untuk mata pencaharian. Banyak orang yang menggantungkan hidup dari hasil menulis karya seperti para sastrawan dan penulis novel. alasan lain menulis buku adalah sebagai sarana komunikasi antara pembaca dan penulis buku. Perkembangan perpustakaan ini dapat kita lihat pada masa lampau yaitu masa sumeria dan babylonia, mesir, yunani, roma, Byzantium, arab, dan renaissance.
a.       Sumeria dan babylonia
Sesuai data yang diperoleh dari hasil penggalian kerajaan sumeria menunjukkan bahwa bangsa sumeria sekitar 3000 tahun sebelum masehi telah menyalin rekening, jadwal kegiatan, serta pengetahuan yang mereka peroleh dalam bentuk lempeng tanah liat yaitu clay tablets. Tulisan yang digunakan masih berupa gambar, kemudian ke aksara sumeria. Tulisan sumeria selanjutnya diganti dengan tulisan paku atau cuneiform, disebut tulisan paku karena mirip dengan paku. Pada masa pemerintahan raja Ashurbanipal dari Assyria didirikanlah perpustakaan kerajaan di ibukota Nineveh yaitu sekitar tahun 668-626 SM. Perpustakaan berisi puluhan ribu lempeng tanah liat yang dikumpulkan dari segala penjuru kerajaan. Dalam proses mencatat koleksi digunakan system subyek dan pada tempt penyimpanannya diberi tanda pengenal.
b.      Mesir
Perkembangan peradaban mesir kuno hampir bersamaan dengan sumeria. Namun Teks tertulis yang paling awal yang ada diperpustakaan tersebut berbeda dengan tulisan sumeria. Orang mesir menggunakan tulisan yang biasa disebut dengan hieroglyph. Tujuan dari hieroglyph adalah memahatkan pesan terakhir di monument karena tulisan dimaksudkan untuk mengagngkan raja, sedangkan tulisan yang ada di tembok dan monument dimaksudkan untuk member kesan kepada dunia. Perpustakaan mesir semakin berkembang berkat ditemukannya rumput papyrus sebagai bahan tulis. Cara membuat bahan tulis dari rumput papyrus ini pertama-tama batang papyrus dipotong menjadi lembaran tipis, kemudian dibentangkan satu persatu dan tumpuk demi tumpuk. Kedua lapisan kemudian direkatkan dengan lem, selanjutnya ditekan, diratakan, dan dipukul sehingga permukaannya rata. Setelah itu bahan papyrus dapat digunakan sebagai media tulis dan biasanya menggunakan pena sapu dan tinta sebagai alat tulisnya. Pengembangan perpustakaan dimesir terjadi pada masa raja khufu, khafre, dan rameses II.
c.       Yunani
Sebelumnya orang yunani menggunakan tulisan Mycena, namun tulisan ini lenyap. Sehingga sebagai gantinya orang yunani menggunakan 22 aksara temuan orang Phoenicia. Kemudian dikembangkan lagi menjadi 26 aksara. 26 aksara inilah yang kita gunakan sampai saat ini. Sekitar abad ke-6 dan ke-7 SM Yunani mulai mengenal perpustakaan milik peisstratus dari Athena dan polyerratus dari samos. Selain itu perpustakaan juga berkembang pada abad ke-5 yaitu masa kejayaan yunani dibawah pimpinan pericles.
Semasa abad hellenisme merupakan masa perkembangan perpustakaan padasaat zaman yunani kuno, hal ini ditandai dengan penyebaran ajaran dan kebudayaan yunani. Perpustakaan utama terletak di kota Alexandria, mesir, dan kota pergamun, di asia kecil. Dikota Alexandria berdirilah sebuah museum, salah satu bagiannya yaitu perpustakaan dengan tujuan mengumpulkan teks yunani dan manuskrip segala bahasa dari seluruh penjuru. Di kota pergamun seperti halnya Alexandria berkembang menjadi pusat belajar serta kegiatan sastra, perpustakaan Alexandria merupakan perpustakaan terbesar pada zamannya. Pada abad ke-2 SM, eumenes II mendirikan sebuah perpustakaan serta mengumpulkan semua manuskrip, bahkan jika perlu membuat salinannya. Untuk menyalin manuskrip tersebut diperlukan banyak papyrus yang diimpor dari mesir. Namun karena khawatir persediaan papyrus di mesir habis serta rasa iri, akhirnya raja mesir menghentikan ekspor papyrus ke pergamun. Sehingga perpustakaan pergamun berusaha untuk mencari bahan pengganti papyrus, perpustakaan pergamun menggantikan papyrus dengan parchmen atau kulit binatang, yaitu kulit biri-biri atau anak lembu. Parchmen ini masih digunakan sampai mesin cetak ditemukan.
d.      Roma
Banyak orang roma mempelajari sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan yunani, bahkan bahasa yunani. Hal tersebut dimungkinkan bahwa yunani telah mempengaruhi kehidupan budaya dan intelektual roma.
Perpustakaan tersebar ke seluruh bagian kerajaan roma. Pada masa ini muncul buku baru, yang awalnya buku hanya berupa gulungan diganti dengan codex. Codex merupakan kumpulan parchmen yang diikat dan dijilid, sehingga kumpulan parchmen tersebut berbentuk menjadi buku yang dewasa ini kita kenal. Codex digunakan secara besar-besaran sekitar abad ke-4. Perpustakaan mulai mundur pada saat kerajaan roma mengalami kemunduran. Secara umum perpustakaan lenyap karena serangan dari orang barbar, dan yang tersisa hanyalah perpustakaan biara.
e.       Byzantium
Pada tahun 324 kaisar Konstantin agung menjadi raja kerajaan roma barat dan timur. Ia memilih Byzantium sebagai ibukota, yang kemudian diubah menjadi konstantinopel. Ia mendirikan perpustakaan, dimana peprustakaan ini lebih menekankan karya latin serta ditambah karya Kristen dan non-kristen. Pada waktu itu gereja merupakan pranata kerajaan yang paling penting. Karena terdapat ketentuan bahwa seorang uskup harus memiliki sebuah perpustakaan sehingga perpustakaan berkembang. Kerajaan Byzantium bertahan hingga abad ke-15. Antara pertengahan abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-9 terjadi kontroversi mengenai ikonoklasme yaitu penggambaran yesus dan orang kudus lainnya pada benda. Akibatnya banyak biara ditutup dan hartanya disita. Sampai biarawan mengungsi ke italia. Setelah kontroversi berakhir, minat terhadap karya yunani kuno berkembang lagi. Selama 300 tahun karya yunani di salin, ditulis kembali, di beri komentar, dan dibuatkan ringkasan sastra yunani, selain itu juga dikembangkan ensiklopedia dan leksikon mengenai yunani.
f.       Arab
Pada abad ke-7 agama islam muncul, kemudian agama islam mulai menyebar ke daerah sekitar arab. Dengan cepat pasukan islam menguasai syiria, babylonia, Mesopotamia, Persia, mesir, seluruh bagian utara afrika, serta menyeberang ke spanyol. Orang arab juga berhasil dalam bidang prpustakaan dan berjasa dalam penyebaran ilmu pengetahuan dan matematika ke eropa. Pada saat konstantinopel mengalami kemandegan maka Baghdad berkembang sebagai pusat kajian karya yunani. Lmuan muslim mengkaji dan menterjemahkan karya filsafat, pengetahuan, dan kedokteran yunani ke dalam bahasa arab.
Puncak kejayaan terjemahan ini terjadi semasa pemerintahan abbasid Al-mamum yang mendirikan rumah kebijakan pada tahun 810. Rumah kebijakan ini merupakan sebuah lembaga studi yang menggabungkan unsure perpustakaan, akademi, dan biro terjemahan.
Dalam penaklukan ke timur, orang arab berhasil mengetahui cara pembuatan kertas yaitu dari bangsa cina. Pada abad ke-8 di Baghdad telah terdiri pabrik kertas. Selama hampir lima abad orang arab menguasai teknik pembuatan kertas. Karena harganya murah, banyak, serta mudah ditulis maka produksi buku melonjak dan perpustakaanpun semakin berkembang.
g.      Renaissance
Renaissance mulai pada abad ke-14 di eropa barat. secara tidak langsung renaissance tumbuh akibat pengungsian ilmuan byzantinedari konstantinopel. Mereka lari karena ancamanpasukan ottoman dari turki. Sambil mengungsi, ilmuan ini membawa juga manuskrip oenulis kuno. Ilmuan italia menyambut kedatangan ilmuan byzantine ini serta mendorong pengembangan kajian yunani dan latin. Karya ini tersebar ke eropa utara dan barat, sebagian diantaranya disimpan diperpustakaan biara maupun universitas yang mulai tumbuh.
Selanjutnya, produksi buku tersebar ke daerah lain. Hal ini tidak akan dibicarakan lebih lanjut karena penulis berpendapat hal tersebut sebaiknya dibahas dalam buku tersendiri. (Sulityo Basuki:1991).


BIBLIOGRAFI 


Rahayuningsih, F.2007.Pengelolaan Perpustakaan.yogyakarta:Graha Ilmu
Sulistyo-Basuki.1991.Pengantar Ilmu Perpustakaan.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

semoga bermanfaat, aaamin.... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar